Sebelum Diutus, Sejenak Mereka Menepi
Domine ut videam
Mentari belum sepenuhnya condong ke ufuk barat. Hari masih petang. Masih jam tiga sore. Hujan memang sempat mengguyur beberapa jam sebelumnya. Tapi kini, langit kembali cerah. Suasana Biara OCD Bogenga tampak sunyi. Beberapa orang peserta mulai berdatangan. Di serambi biara, Frater menyapa mereka satu per satu dan menyodorkan daftar hadir. Sempat terbersit ragu, jangan-jangan hujan tadi menghalangi langkah mereka ke tempat ini. Tetapi tidak. Buktinya, perlahan-lahan peserta semakin banyak. Walaupun kegiatan Renungan Pembuka baru dimulai pukul lima sore, namun peserta kegiatan sudah tampak hadir sejak pukul tiga sore. Semangat benar mereka ini.
Untuk mengisi waktu, beberapa diantaranya bercengkerama di lorong biara. Ibu-ibu ber-swa foto. Ada pula yang sibuk mencari kamar tidur untuk nginap sebentar malam. Aktifitas ini sejenak memecah keheningan biara.
Hari ini ada kegiatan ‘Pembekalan’ bagi Dewan Pastoral Paroki (DPP) MBC Bajawa periode 2023 – 2028 yang secara resmi dilantik pada Minggu 12 Maret 2023 oleh Romo Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Ende. Ya, sebelum diutus, sejenak mereka menepi. Dalam hening biara, mereka ‘mengumpulkan kembali’ (re-koleksi) segala yang ada dalam diri untuk dicurahkan sepenuhnya pada pelaksanaan tugas baru yang akan diemban. Domine ut videam – “Tuhan semoga aku dapat melihat”. Seruan dan doa penuh iman Bartimeus ini menjadi seruan hati dan iman peserta rekoleksi. Seruan yang menjadi insiprasi untuk berefleksi atas apa yang kelak akan dicurahkan dalam pelayanan pastoral sebagai DPP lima tahun ke depan. Semoga kami dapat melihat ‘sesuatu’ dari kegiatan ini.
Pukul lima sore kegiatan pun dimulai. Luar biasa. Hampir sembilan puluh persen calon anggota DPP hadir. Ruangan penuh sesak. Kursi yang disediakan tidak cukup. Dukungan penuh tampak diberikan oleh Pastor Paroki, Pastor Rekan dan Frater Top yang hadir pada kegiatan ini. Untuk sementara pastoran kosong. Mereka semua di sini. Menepi bersama umatnya. Bergumul semalaman di tempat ini.
Jadilah ‘Tukang Mimpi’
RD. Gaby Wara, Pastor Rekan Paroki MBC Bajawa mengantar peserta masuk dalam suasana rekoleksi dengan Renungan Pembuka. Dasar biblisnya adalah kisah dalam Kitab Kejadian 37:3-4.12-13a.17b-28. Peserta digugah untuk menjadi “Pemimpi”. Berkaca pada kisah Yusuf, peserta diajak untuk siap menjadi pemimpi. Karakter Yusuf dalam Alkitab sangatlah baik. Karakter-karakternya perlu diteladani dan dimiliki oleh setiap orang Kristen. Karakter-karakter itu adalah takut akan Tuhan, penuh kasih dan pengampunan, bertanggung jawab, dan rendah hati. “Jika kita ingin memiliki karakter seperti Yusuf, kita harus meminta pertolongan Roh Kudus. Lebih lagi, kita harus semakin mendekat kepada Allah”, pinta Romo di akhir renungan. (Renungan lengkap dapat dilihat pada menu Inspirasi).
Setengah jam peserta bergumul dalam materi Renungan Pembuka. Selanjutnya diberi kesempatan untuk sejenak bertukar pengalaman. Tidak di dalam ruangan, tetapi di lorong dan taman biara sambil menunggu waktu untuk Salve pukul enam sore.
Pukul enam sore. Lonceng biara berdentang tiga kali. Biasanya pertanda Doa Angelus. Namun lonceng ini juga pertanda bagi peserta rekoleksi untuk mulai kegiatan selanjutnya: Salve. Peserta mulai bergegas masuk ke ruang doa di ujung timur gedung. Sebuah ruang tanpa bangku untuk duduk. Hanya ada bantal doa, mengingatkan saya pada masa ketika masih mengenyam ilmu belasan tahun silam. Kapasitas ruang doa tampaknya tak cukup menampung semua peserta. Namun itu tak menghalangi mereka untuk berdoa. Berdesakan pun tak apalah, asal bisa bersua Dia yang hadir dalam rupa roti. Setengah jam mereka bergumul dalam doa, nyanyian dan hening. Hening yang membahagiakan jiwa, “O Sola Beatitudo”.
Spiritualitas Pelayanan FP
Pukul 20.00 malam, tepat setelah makan malam, peserta diajak menyelami makna pelayanan pastoral sebagai Fungsionaris Pastoral dalam terang Roh Kudus. Ruangan masih tetap penuh sesak. Tak ada yang kabur duluan. Semua masih sangat semangat mengikuti kegiatan. Padahal, dinginnya lorong biara serasa menusuk tulang. Romo Vinsen, pastor paroki MBC duduk paling depan.
RD. Ferry Edu dari Pusat Pastoral (PUSPAS) Keuskupan Agung Ende membawa materi refleksi dengan tema “Spiritulitas Pelayanan Fungsionaris Pastoral”. Peserta diajak untuk menyadari bahwa karya pelayanan pastoral digerakkan oleh Roh Allah yang berkarya dalam diri setiap orang beriman. Pertanyaan reflektif yang menohok adalah apa yang menggerakkan Anda untuk ikut terlibat dalam karya pastoral sebagai DPP? Pertanyaan ini memantik diskusi iman dalam bentuk sharing pengalaman. Beberapa peserta menyampaikan isi hati dan pengalaman imannya. Lalu, sebuah simpul reflektif kembali disampaikan Romo Ferry: “Ingat. Profesi kita adalah kekuatan dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Bukan hambatan”.
Waktu terus merambat ke arah tengah malam. Sudah mendekat ke pukul 10 malam. Mereka masih di sini. Bergumul dalam terang Roh, mencari sumber spiritulitas yang sesungguhnya. Menurut Romo Fery, sumber spiritualitas sesunggunya ada tiga: Kitab Suci untuk merevisi kehidupan, Ekaristi sebagai puncak dan sumber hidup dan Doa sebagai sarana untuk membangun hubungan dengan Tuhan. “Ingat, tidak ada orang kudus tanpa masa lampau. Tidak ada pendosa tanpa masa depan”, ujar Romo Fery di akhir materi.
Seluruh rangkaian kegiatan hari pertama ditutup dengan Completorium, doa malam. Peserta kembali ke ruang doa di ujung timur gedung dan bersimpuh pada bantal doa. Berkat malam melalui tangan imam, menutup doa. Peserta kembali bergegas. Ada yang pulang. Ada tetap di sini, menyusuri malam dalam biara. Yang pasti, esok ada kegiatan lanjutan. (Komsos MBC-KN)
