Surat Gembala Uskup Agung Ende Prapaskah 2023

“KELUARGA KATOLIK KEUSKUPAN AGUNG ENDE YANG SEMAKIN MENGASIHI DAN PEDULI PADA LINGKUNGAN”

Umat Allah seKeuskupan Agung Ende yang terkasih,
Kini kita kembali memasuki masa prapaskah. Masa prapaskah merupakan saatsaat berahmat bagi Gereja untuk bersyukur atas kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus, Dia yang menderita sengsara dan wafat demi menebus dosa manusia. Masa ini menjadi kesempatan bagi kita untuk belajar membangun ketaatan iman dengan mengikuti teladan Yesus yang taat melaksanakan kehendak BapaNya.
Mengiringi ziarah 40 hari retret agung ini, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyodorkan kepada kita tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) Nasional: “Keadilan Ekologis bagi Seluruh Ciptaan (Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli)”. Sejalan dengan itu, saya mengajak umat seKeuskupan Agung Ende mengkhususkan permenungan prapaskah kita pada membangun kesadaran untuk semakin mengasihi dan lebih peduli pada lingkungan. Ajakan kegembalaan ini saya pilih karena terdorong oleh keprihatinan terhadap semakin meningkatnya krisis dan kerusakan lingkungan alam ciptaan Allah.

Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr (Uskup Agung Ende)
Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr (Uskup Agung Ende)

Umatku yang terkasih,

Allah mencipta karena cinta. Kita meyakini dan mengakui bahwa alam semesta dan segala isinya merupakan ciptaan Allah, dan bahwa karya penciptaan oleh Allah adalah bagian tak terpisahkan dari karya keselamatan-Nya. Karena itu, alam semesta dan seluruh isinya hanya dapat dipahami sebagai tanda cinta Allah; suatu hadiah dari tangan terbuka Bapa; suatu kenyataan yang disinari kasih Allah yang memanggil kita ke dalam persekutuan universal (bdk. LS. 76). Secara khusus, sebagai ciptaan istimewa karena kodratnya sebagai gambar rupa Allah, manusia boleh meyakini bahwa cinta Allah yang mencipta itu terutama ditujukan- Nya untuk manusia. Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan, yang dijadikan-Nya paling akhir dan sekaligus puncak dari karya penciptaan- Nya (Kej. 1:1-31), dan Allah mempersiapkan alam serta semua yang ada di dalamnya untuk kehidupan yang layak bagi manusia. Melengkapi keistimewaan manusia itu, Allah memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara bumi demi kebahagiaan manusia itu sendiri.

Akan tetapi, keyakinan akan cinta Allah yang tertuju secara khusus kepada manusia, jangan sampai membuat kita lupa bahwa setiap ciptaan Allah yang lain memiliki nilai intrinsiknya di mata Allah. Ia menghidupkan segala makhluk dengan memberi mereka Roh-Nya juga (Mzm. 104), dan semua diciptakan dengan daya hikmat-Nya (Ams. 3:19). “setiap makhluk memiliki kebaikan dan kesempurnaannya sendiri, …, masing-masing dikehendaki sebagaimana adanya, mencerminkan dengan caranya sendiri sinar kebijaksanaan dan kebaikan Allah yang tak terbatas” (LS. 69). Oleh sebab itu, kasih Allah tidak dapat manusia alami seutuhnya tanpa persatuan dan harmoni dengan alam dan ciptaan Allah yang lain. Justru sebagai mahkota ciptaan, manusia bertanggungjawab melanjutkan cinta Allah dengan mengasihi seluruh alam ciptaan melalui tindakan menjaga, merawat dan mengelola lingkungan hidupnya.

Umatku yang terkasih,

Dalam kenyataannya, harmoni manusia dengan alam lingkungan hidupnya sedang berada dalam kondisi mencemaskan. Di mana-mana sedang terjadi krisis lingkungan hidup. Bencana alam silih berganti datang karena pemanasan iklim. Wabah penyakit merebak menjadi pandemi global. Kemiskinan semakin meningkat dan kelaparan semakin sering terjadi akibat gagal panen. Tumbuhan dan margasatwa merana akibat semakin sempit dan bahkan hilangnya habitat mereka. Krisis air dan udara bersih pun mengancam hidup manusia akibat polusi. Semua itu merupakan tanda nyata bahwa dunia kita, alam lingkungan hidup kita sedang tidak baik-baik saja.

Pada titik ini kita tidak perlu bertanya: ini salah siapa, karena dengan kejujuran hati nurani, kita tentu menyadari bahwa kita, manusia punya andil sangat besar terhadap krisis lingkungan hidup. Kita mesti dengan rendah hati mengakui bahwa manusia telah menyalahgunakan kepercayaan dan tanggung jawab yang Allah berikan. Oleh ketamakan dan egoismenya, manusia telah merusak harmoni alam melalui tindakan-tindakan eksploitasi secara berlebihan, sehingga berakibat pada hancurnya ekosistem dan keanekaragaman hayati. Pertambangan yang tak mengenal batas, penebangan liar, penggunaan pupuk dan pestisida kimia, tindakan membuang limbah rumah tangga dan limbah produksi secara sembarangan, menjadi contoh nyata yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kenyataan-kenyataan tersebut mengakibatkan krisis bukan saja pada alam tetapi juga mengakibatkan kemiskinan dalam hidup manusia. Dan itu semua menunjukkan bahwa ternyata kita telah salah mengusahakan dan memelihara alam lingkungan yang Allah ciptakan karena cinta-Nya.

Umatku yang terkasih,

Wajah rusak lingkungan hidup ini sudah seharusnya mengajak kita untuk mengambil sikap dan melakukan tindakan nyata. Paus Fransiskus menegaskan bahwa kenyataan krisis lingkungan hidup ini merupakan panggilan untuk pertobatan batin yang mendalam, suatu pertobatan ekologis yang berarti membiarkan seluruh buah pertemuan kita dengan Yesus dalam komitmen dan doa berkembang dalam hubungan kita dengan dunia dan kepedulian nyata pada lingkungan. Menghayati panggilan untuk melindungi karya Allah adalah bagian penting dari kehidupan yang saleh, bukan sekedar opsi atau aspek sekunder dalam pengalaman kristiani (bdk. LS. 217). Dengan kata lain, kita semua diajak untuk semakin mengasihi dan lebih peduli pada lingkungan hidup kita sebagai wujud ungkapan iman dan keutamaan hidup kristiani.

Mengambil sikap untuk mengasihi dan peduli lingkungan mengandung pengertian bahwa pertama-tama kita mesti mengubah pola pikir kita terhadap alam lingkungan hidup. Sementara kejatuhan manusia pertama didasari oleh ambisi untuk menjadi sama dengan Allah (Kej. 2:25-3:7), kita justru diundang untuk meneladani sikap Yesus Kristus yang menaklukan diri di bawah kuasa dan kehendak Bapa-Nya (Mat 4:10). Kuasa dan kehendak Allah itu mencakup pula alam ciptaan-Nya ini. Kita mesti menyadari bahwa “kita bukan Allah. Bumi sudah ada sebelum kita dan telah diberikan kepada kita. Kita diundang untuk mengusahakan dan memelihara (Kej. 2:15). Mengusahakan berarti menggarap, membajak, dan mengerjakan. Memelihara berarti melindungi, menjaga, melestarikan, merawat dan mengawasi. Ada tanggung jawab timbal balik antara manusia dan alam” (LS. 67).

Selanjutnya kesadaran dan pola pikir itu mesti mengantar kita kepada kesediaan untuk memperbaiki dan mengoreksi semua perilaku dan tindakan kita yang merusak alam. Semua bentuk tindakan eksploitasi berlebihan dan dominasi terhadap lingkungan yang didasari oleh ketamakan dan egoisme harus segera dihentikan. Alam harus diperlakukan dengan penuh kasih dan penghargaan karena dialah penyangga keberlangsungan hidup kita. Perilaku dan tindakan penuh kasih kepada lingkungan hidup dengan demikian juga menegaskan kepedulian kita terhadap kelangsungan hidup seluruh makhluk ciptaan Allah. Kita hanya perlu mengambil apa yang kita butuhkan dari harta bumi demi bertahan hidup dan melindungi serta menjamin keberlangsungan kesuburannya untuk generasi-generasi mendatang.

Umatku yang terkasih,

Memasuki masa prapaskah ini Saya mengajak kita semua, terutama sebagai keluarga-keluarga katolik yang adalah fokus pastoral kita, untuk memaknai masa khusus ini sebagai kesempatan untuk semakin mengasihi dan peduli pada lingkungan hidup kita. Kita bisa belajar dari pesta perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-12). Anggur yang adalah hasil dari bumi dan usaha manusia, bisa saja berkurang dan habis. Namun berkat kepedulian Maria dan sikap cepat tanggap para pelayan, ada anggur baru dan sukacita pesta keluarga dapat tetap dialami. Kepedulian Maria dan sikap cepat tanggap para pelayan ini hendaknya menjadi contoh bagi keluarga-keluarga kita. Jika kita semua peduli pada alam dan bekerja sama memeliharanya, maka alam akan menyediakan bagi kita semua hal yang baik dan sukacita kita akan tetap lestari.

Sumber foto: www.mongabay.co.id

Oleh karena itu, saya mendorong keluarga-keluarga di keuskupan ini untuk dengan caranya masing-masing mewujudkan kasih dan kepedulian pada lingkungan melalui tindakan-tindakan konkret. Saya mengajak seluruh keluarga katolik untuk ambil bagian dalam katekese di Komunitas-komunitas Basisnya yang mempromosikan spiritualitas lingkungan hidup. Keluarga kita juga hendaknya mengupayakan hidup yang sederhana; penghematan sumber daya dan energi yang dimanfaatkan di rumah, mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai dan mengelola limbah rumah tangganya. Orang tua hendaknya sejak dini mendidik anak-anaknya agar mencintai dan merawat lingkungan. Para remaja dan orang muda hendaknya terlibat dan bergiat dalam aksi-aksi peduli lingkungan. Pendeknya, semua orang dalam keluarga, mengupayakan tindakan nyata, kecil sekalipun, sebagai wujud amal dan puasa, dan terutama sebagai ungkapan kasih dan kepedulian kepada lingkungan hidup.

Saudara-saudariku, umat Allah se-Keuskupan Agung Ende yang terkasih,

Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada kita semua, anak-anak, remaja, orang muda dan pasutri, seluruh komponen umat Allah se- Keuskupan Agung Ende yang dengan caranya masing-masing telah ambil bagian dalam keprihatinan bersama di keuskupan ini. Kita berharap melalui inisiatif-kreatif yang kita jalankan secara khusus pada masa prapaskah ini, kita dapat berkontribusi mengupayakan dan memelihara lingkungan hidup kita dengan baik. Dengan rahmat sengsara dan salib Kristus, kiranya doa, amal dan puasa kita berhasil dan berdaya guna. Selamat menjalani masa prapaskah.

Ndona, Rabu Abu 2023

 

Mgr. Vinsensius Sensi Potokota

Uskup Agung Ende